Kamis, 31 Mei 2012

Rekomendasi dalam Investasi Saham di Pasar Modal


Ilustrasi. (Foto: Okezone)
Ilustrasi. (Foto: Okezone)

ISTILAH rekomendasi seringkali hadir dalam perbincangan sehari-hari. Apalagi jika yang menjadi topik adalah satu masalah tertentu, kata ‘rekomendasi’ senantiasa muncul di tengah diskusi.


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rekomendasi diartikan sebagai saran yang sifatnya menganjurkan (membenarkan, menguatkan). Dalam aktivitas di pasar modal pun yang namanya rekomendasi selalu ada setiap hari. Ia muncul di tengah pasar, dinantikan oleh setiap investor, dan digunakan sebagai acuan dalam mengambil keputusan investasi: apakah memutuskan untuk beli (buy),tahan (hold), atau jual (sell).

Setiap rekomendasi 0begitu juga dengan rekomendasi di pasar modal- umumnya dibangun berdasarkan logika akal sehat, baik dari kacamata fundamental maupun dari sisi teknikal.
Rekomendasi yang dibangun dari aspek fundamental biasanya akan melihat perkembangan informasi terkini secara keseluruhan. Mulai dari kondisi ekonomi internasional, kondisi ekonomi dalam negeri, hingga ke masalah sektoral. Semua itu akan dikaitkan dengan kondisi terkini kinerja perusahaan atau emiten. Semua aspek tersebut dikaji secara mendalam satu per satu dan bagaimana kaitannya antara satu dengan yang lain. Dari sanalah kemudian lahir sebuah rekomendasi bagi investor.

Ilustrasinya begini. Ketika terjadi krisis di kawasan Eropa, ekonomi dunia bergolak. Daya serap atau pasar di negara kawasan krisis mengalami gangguan. Jika kawasan terkena krisis ini menjadi tujuan utama ekspor bagi Indonesia, maka dampaknya akan signifikan bagi perekonomian dalam negeri karena ekspor Indonesia ke kawasan tersebut dengan sendirinya akan mengalami masalah. Sangat mungkin, akibat krisis yang parah, keran impor ke negara Eropa menyusut. Tapi, jika kontribusi ekspor Indonesia ke negara Eopa yang terkena krisis tidak signifikan, maka dampak krisis di Eropa juga tidak akan signifikan terhadap kondisi ekonomi di tanah air.

Begitu juga dengan rekomendasi yang didasari oleh analisis teknikal. Para analis, sebelum memberikan rekomendasinya ke investor, akan melakukan analisis secara teknikal. Hal-hal yang menjadi pusat perhatian biasanya menyangkut fluktuasi atau naik turunnnya harga saham, nilai dan volume transaksi di pasar, serta proses kliring dan proses penyelesaian (settlement).

Para analis teknikal ini memiliki formula tertentu untuk menyimpulkan bahwa sebuah saham masih cukup prospektif atau tidak, apakah investor perlu membeli atau tidak, dan sebagainya. Setiap rekomendasi selalu dilandasi oleh pertimbangan akal sehat.

Bukan Jaminan Untung

Setiap analis atau siapapun yang aktif dalam bertransaksi di bursa boleh memberikan rekomendasi kepada siapa saja yang ia mau. Setiap rekomendasi harus bersifat independen, tidak dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya kedekatan analis (yang memberi rekomendasi) dengan emiten yang dianalisis. Dari sisi investor, ia bebas menggunakan maupun menolak rekomendasi tersebut.

Selain itu, meski rekomendasi itu dibangun dan dirancang dengan logika akal sehat, tapi hal itu belum tentu selalu benar. Bisa saja rekomendasi itu kurang tepat diterapkan di pasar. Misalnya, dari hasil kajian yang dilakukan secara fundamental maupun teknikal, ternyata rekomendasi yang muncul adalah strong buy. Pada kenyataannya di pasar, kondisi bisa bergerak sebaliknya. Harga saham di pasar justru mengalami tekanan jual sehingga mengalami penurunan.

Sekali lagi, rekomendasi yang pada umumnya disampaikan oleh para analis di pasar modal selalu dibangun dengan logika akal sehat, baik secara fundamental maupun teknikal. Namun, rekomendasi tersebut belum tentu menemukan kebenarannya. Investor bisa memilih dan memilah dari beberapa rekomendasi yang disampaikan oleh analis. Tidak ada ikatan atau kewajiban bagi investor untuk selalu mengikuti rekomendasi tersebut. Investor sah-sah saja menolak atau menerimanya sekalipun rekomendasi tersebut diberikan oleh seorang analis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar