Rabu, 06 Juni 2012

UKM Berkontribusi 57,4% Terhadap PDB Indonesia


Inilah tiga perintah penting Menneg Koperasi dan UKM Syarifuddin Hasan ketika membuka Pameran Koperasi dan UKM Festival ke 10 tahun 2012 di SME Tower Jakarta pagi ini. Pertama, harus mengembangkan usaha dan inovasi, desain dan lain-lain agar dapat bersaing di era persaingan global. Kedua, mengikuti perkembangan berbagai trend bisnis. Misalnya, isu ramah lingkungan di mana masyarakat global akan menilai positif bagi pihak-pihak yang mengikuti hal ini. “Ketiga mendaftarkan brand di kantor Kementrian Hukum dan HAM agar merek kita terlindungi secara hukum,” ujar Syarifuddin yang sambutannya dibacakan oleh Neddy Rafinaldy Halim, Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha Kementerian Koperasi dan UKM.

Menurut Syarifuddin, KUKMI festival sudah berjalan sejak 2003.  Dengan demikian tahun ini sudah mencapai 10 kali penyelanggaraan, yang saat ini diikuti oleh peserta  dari 33 provinsi di Indonesia, yang melibatkan 449 koperasi dan UKM. “Saat ini ada 55,2 juta unit UKM yang mempekerjakan  101,72 juta  tenaga kerja, dan berkontribusi sebanyak  57,4% dari PDB Indonesia. Memberikan penyediaan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia,” ujarnya.

Pameran Koperasi dan UKM Festival ke-10 ini mengusung tema Ragam Pesona Produk Kreatif Nusantara dengan Tagline Ragam Kreasi Kaya Inovasi merupakan momentum yang sangat tepat untuk menunjukan komitmen dan kepedulian pemerintah dalam mempromosikan produk-produk hasil KUKMI."Saya berharap peserta pameran ini dapat memanfaatkan untuk menjaring buyer, memelihara pelanggan, dan memperluas pasar,” tambahnya.

Dia juga mengingatkan bahwa keragaman sumber daya alam dan warisan budaya merupakan sumber inspirasi bagi KUKM (Koperasi dan Usaha Kecil Menengah) dalam berkreasi menghasilkan produk-produk yang berdaya saing dan memiliki keunggulan komparatif. Menurut Syarief, hal ini menjadi motivasi bagi KUKM untuk secara berkelanjutan menghasilkan produk yang lebih baik dengan mengedepankan kekayaan budaya Indonesia. "Sebab KUKMI memiliki talenta, kompetensi dan pengalaman dalam menghasilkan produk kreatif, inovatif, unik, dan berbasiskan budaya lokal dan sumber daya lokal," tegas Syarief.

Eks Dubes RI Bandingkan Transisi Ekonomi RI & Polandia


Ilustrasi. Foto: Corbis
Ilustrasi. Foto: Corbis

JAKARTA - Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat (AS) Dorodjatun Kuntjara-Jakti membandingkan perkembangan ekonomi Indonesia dan Polandia. Selama ini Polandia diketahui berhasil memulihkan perekonomiannya setelah keluar dari perekonomian sentralistik.

"Saya sudah tahu banyak tentang Polandia. Bagi saya, perlu diketahui, bagaimana cara mereka dalam 20 tahun mengembangkan perekonomian hingga GDP-nya meningkat tiga kali lipat," ujar Dorodjatun, di Kedubes Polandia, Jakarta, Rabu (6/6/2012).

Pria yang sempat duduk di salah satu kursi Kabinet RI itu turut membandingkan transisi perekonomian Indonesia dan Polandia yang dahulu sempat berada dalam mekanisme proteksionis. Menurutnya, perekonomian Polandia banyak ditunjang oleh kehadiran Uni Eropa dan keberadaan negara-negara tetangga yang merupakan negara maju.

"Saat Polandia keluar dari sistem sentralistis, Uni Eropa sudah ada. Ada pula bantuan-bantuan dari negara bersahabat seperti Jerman, Prancis, Inggris, dan lainnya, itu bedanya dengan kita. Ketika mereka keluar dari sistem itu, sudah ada sistem pasar yang kuat, sementara itu kita belum ada organisasi regionalisme," jelasnya.
 
"Sekira 1960, belum ada ASEAN dan ketika dibentuk, ASEAN pun belum bisa memberikan kontribusi selama kurang lebih 10 tahun," tambahnya.
 
Menurut Dorodjatun, salah satu tulang punggung perekonomian Polandia adalah produk peternakan yakni daging. Polandia pun kerap memanfaatkan jalur kereta api untuk menjual produk-produknya hingga ke Turki, Yugoslavia, dan negara-negara bekas Uni Soviet.
 
Secara geografis, Polandia pun diklaim sama seperti Indonesia. Negara tersebut merupakan negara yang menjadi jalur perdagangan. 
 
Meski demikian, wilayah Polandia juga digunakan sebagai wilayah perang oleh Jerman dan Uni Soviet. Peperangan itu menyebabkan kehancuran di sejumlah kota, namun Polandia terbukti berhasil membangun dan memajukan negaranya yang sempat hancur lebur. (ade)