HONG KONG (Berita SuaraMedia) – Saham dunia anjlok pada hari Selasa, seiring dengan antusiasme mengenai tren ekonomi positif AS yang meningkatkan kekhawatiran mengenai pemulihan ekonomi Global. Hal itu terjadi setelah Australia mengejutkan para investor dengan keputusan untuk membiarkan nilai suku bunganya.
Saham negara-negara Asia sebelumnya mengalami kenaikan pada saat Wall Street merangkak keluar dari kebiasaan namun tidak mampu memanfaatkan keunggulan mereka. Pasar Eropa dibuka dalam nilai yang lebih rendah. Dollar AS menguat terhadap euro dan melemah terhadap yen, semenrtara harga minyak menyebtuh angka $775 per barel.
Pemberitaan yang beredar di AS pada hari Senin waktu setempat menyinggung mengenai pemasukan dalam bidang produksi dan konsumsi pribadi, menambah kuat tanda-tanda pemulihan ekonomi yang menimbulkan harapan terhadap angka pengangguran bulanan.
Namun, para investor kemudian banyak melontarkan cercaan mengenai kekuatan pemulihan ekonomi setelah bank sentral Australia membiarkan tingkat suku bunganya stagnan pada angka 3,75 persen.
Australia menjadi negara berekonomi maju pertama yang meningkatkan suku bunga sejak dimulainya krisis finansial, banyak yang memperkirakan Australia akan mengalami kenaikan untuk empat kali berturut-turut, namun Australia lebih memilih untuk menunggu hingga dampak dari langkah yang diambil negeri kanguru tersebut pada masa lalu menjadi jelas.
Semakin meresahkan investor, bank sentral Australia mencatat upaya China untuk menarik kembali paket stimulusnya dan kekhawatiran mengena kesehatan keuangan sejumlah negara – sebuah pengingat untuk dua faktor kunci yang membuat pasar global mengalami penurunan akhir-akhir ini.
"Sentimen masyarakat saat ini amat rentan," kata Peter Lai, manajer penanaman modal di DBS Vickers Hong Kong. "Keadaan pasar boleh jadi akan terus bergejolak dengan liar."
Eropa menyusul Asia dan turut mengalami penurunan. FTSE 100 Inggris mengalami penuruna 0,3 persen, DAX Jerman mengalami penurunan 0,4 persen, dan CAC-40 Perancis menurut 0,5 persen. Di AS, ada indikasi kuat semakin banyaknya penjualan saham pada hari Selasa. Saham S&P tergelincir 1,9 poin, atau 0,2 persen, menjadi 1.084,40.
Sebelumnya sejumlah pasar Asia membalikkan keuntungan yang diraup sebelumnya dan mengalami penurunan.
Saham Shanghai yang pernah mengalami kenaikan 2 persen, mencatatkan penurunan 0,2 persen di tengah merebaknya spekulasi peningkatan inisiatif pemerintah untuk mengakhiri pinjaman untuk bank.
Kospi dari Korea Selatan mencatatkan penurunan 0,7 persen. Pasar di India, Taiwan dan Singapura juga mengalami penurunan.
Cadangan saham Nikkei Jepang, salah satu pasar ternaik Asia, melonjak 166,07, atau 1,6 persen, menjadi 10.371,09. Pasar Hong Kong ditutup 0,1 persen, sementara saham Australia juga mencatatkan kenaikan.
Dari AS, indeks saham Dow Jones mengalami kenaikan 15,32 atau 1,4 persen, menjadi 1.089,19. SAham Nasdaq naik 23,85, atau 1,1 persen, menjadi 2.171,20.
Dollar AS mengalami penurunan, dari 90,59 yen per lembar dollar menjadi 90,53 yen. Mata uang euro sedikit melemah menjadi $1.3924, dari sebelumnya $1.3928. (dn/ap) www.suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar