Kamis, 31 Mei 2012

Pelemahan Rupiah Tidak Terkait Fundamental Ekonomi


Jakarta, (Analisa). Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjadi akhir-akhir ini tidak terkait dengan fundamental ekonomi Indonesia yang masih baik, tetapi disebabkan krisis di Eropa.
"Ini bersifar temporer, tidak berkaitan sama sekali dengan fundamental ekonomi kita," ujarnya di Jakarta, Rabu (30/5).

Menurut Hatta, kondisi di Eropa belum menunjukkan tanda-tanda akan membaik, sementara situasi di AS justru memperlihatkan pertumbuhan ekonomi baik yang mendorong apresiasi dolar AS.

"Situasi eropa tidak semakin baik kalau tidak ingin dikatakan semakin buruk. Yunani seperti itu, kemudian beberapa bank besar itu mengalami kesulitan likuiditas. Di sisi yang lain, kita harus mengakui terjadi penguatan dolar AS karena ekonomi AS tumbuh. Jadi keperluan dolar meningkat," katanya.

Hatta mengatakan pemerintah telah mengantisipasi situasi ini dan meminta pasar tetap tenang, apalagi cadangan devisa masih berada dalam kisaran 114 miliar-115 miliar dolar AS yang berarti cukup untuk menjaga neraca pembayaran tetap positif. 

"Yang penting kita jaga statement kita. Kita jaga regulasi kita yang sudah baik, tidak perlu perubahan dan tidak perlu membuat market nervous. Market tidak perlu nervous, kita tetap confidence dengan ekonomi kita," katanya.

Menurut dia, pemerintah juga telah memiliki anggaran sehat dan kebijakan fiskal baik, walaupun penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi tidak jadi dilakukan serta harga minyak dunia meningkat tinggi.

Namun, Hatta meminta agar upaya penghematan tetap dilakukan ketika situasi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian dan diperkirakan masih terjadi hingga tahun depan.

"Fiskal kita kuat. Kita sudah antisipasi, (bahkan) harga BBM ada di posisi 119 dolar AS per barel sekalipun. 

Dengan kenaikan kuota sekalipun, kita masih bisa membiayai. Namun walaupun kita kuat, jangan berboros-boros di situasi sekarang ini," ujarnya.

Berdasarkan data perkembangan perekonomian domestik Kementerian Keuangan, nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 4,24 persen (year to date) hingga 25 Mei 2012 karena adanya peningkatan permintaan valas untuk repatriasi pembayaran deviden dan kupon.

Sedangkan, pada Rabu sore, mata uang rupiah bergerak berbalik arah ke area positif setelah sempat tertekan hingga menyentuh Rp9.600 per dolar AS. 

Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarbank di Jakarta menguat 150 poin menjadi Rp9.420 dibanding posisi sebelumnya diposisi Rp9.570 per dolar AS. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar